Rabu, 20 Mei 2015

Sumur Minyak Tradisional Desa Kawengan

Kawengan - Desa Kawengan Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro identik dengan Tambang Minyak Tradisional. Berdasarkan data monografi desa Kawengan tahun 2015 lebih dari 50% warganya melakukan aktifitas tambang minyak secara tradisional.
Gambar Sumur KW PHZ 02 (Sumber Foto : Suarabanyuurip.com)

Lapangan minyak Kawengan terletak kurang lebih 22 km di sebelah timur laut kota Cepu, membentang dari arah barat laut ke tenggara kurang lebih sepanjang 15 km, dengan lebar bagian barat 1 km, dan lebar bagian timur 1,5 km. Lapangan minyak Kawengan terletak dalam tiga kecamatan, masing-masing adalah:

    Kecamatan Kasiman, di bagian barat
    Kecamatan Senori, di bagian tengah
    Kecamatan Malo, di bagian timur


Kecamatan Kasiman dan Kecamatan Malo termasuk daerah Kabupaten Bojonegoro, sedangkan Kecamatan Senori termasuk daerah Kabupaten Tuban, jadi lapangan minyak Kawengan termasuk dalam daerah propinsi Jawa Timur.
Secara regional lapangan minyak Kawengan termasuk dalam Antiklinorium Rembang, yang terdiri dari antiklinal-antiklinal yang membentang dari barat ke timur. Perbukitan Rembang ini dipisahkan dari pegunungan Kendeng oleh suatu jalur sinklinal yang disebut sebagai zona Randublatung, dimana keseluruhan bukit tersebut termasuk cekungan besar Rembang. Puncak tertinggi antiklinorium Rembang kira-kira 500 meter diatas permukaan air laut, sedangkan ketinggian lapangan minyak Kawengan bervariasi antara 140 sampai 200 meter.
Permukaan tanahnya terdiri dari tanah kapur margel, sehingga system pengeringan yang berjalan di permukaan cukup cepat, tetapi erosinya berjalan lambat, karena adanya hutan jati yang menutupi hampir di seluruh lapangan minyak Kawengan. Struktur lapangan minyak Kawengan mempunyai bentuk struktur antiklin asimetris, yang terdiri dari empat buah puncak, dimulai dari desa Wonocolo di sebelah barat menjurus kea rah tenggara dan berakir di daerah Kanten dengan puncak antiklin semakin rendah. Panjang antiklinal lapangan minyak Kawengan sekitar 24 km dan panjang daerah yang diproduksikan sekitar 13,2 km.
Struktur antiklinal tersebut banyak mengalami patahan-patahan, yaitu terdiri dari enam sampai Sembilan induk patahan yang membagi daerah produktif menjadi beberapa blok, antra lain: Blok I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IV, Va, Vb, dan VI. Diantara keempat puncak antiklinal tersebut yaitu dari arah barat-timur masing-masing adalah: Wonocolo/Dandangilo, Kawengan, Wonosari, dan Kidangan, dimana puncak Kawengan adalah merupakan struktur yang paling produktif, maka selanjutnya digunakan sebagai nama Lapangan Sumur Minyak. (Wit/alaska)

Sumber : http://irawan-opinion.blogspot.com/2010/11/sekilas-tentang-lapangan-minyak.html
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com